Agama Islam dibangun atas lima perkara, yaitu bersyahadat bahwasanya tidak ada yang diibadahi kecuali Allah dan nabi Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan shaum di bulan Ramadhan dan berhaji ke Baitullah, ini semua tercangkup dalam sebuah wadah yang bernama Rukun Islam. Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wa sallam membawa ajaran Islam secara kaffah untuk disebarkan kepada ummat di dunia. Keikhlasan, ketulusan dan ketauladanan yang besar diberikan rasul kepada ummatnya merupakan salah satu ciri dari pengabdian Rasulullah kepada yang maha esa tuhan pencipta alam, dan menjadi bagian terpenting dari sejarah pengabdian masyarakat muslim terhadap tradisi-tradisi Islam pada masa terdahulu.
Haji khususnya, haji merupakan ibadah ritual tahunan umat Islam sedunia, yang mana telah dimulai sejak Zaman Jahiliah(age rage). Orang-orang arab pada zaman itu mewarisi tradisi nenek moyangnya terdahulu diiringi dengan melakukan perubahan dari masa ke masa. Walaupun dilanda dengan perubahan zaman yang begitu cepat, tradisi dan budaya haji tidak semerta-merta mengalami perubahan yang drastis, hanya saja disamping itu terdapat penambahan-penambahan yang mana dapat menambah kekhusyukan dan kemabruran haji dapat tercapai. Seperti halnya berziarah dan berlisaturahim ke tempat-tempat bersejarah ummat Islam dan mengunjungi tempat suci yang ada di Makkah dan Madinah. Hanya saja penambahan pelaksanaan dalam haji tidak melanggar ketentuan syariat dan tetap fokus pada tujuan dan ketetapan haji yang sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Ibadah Haji yakni menuju rumah Allah (baitullah) merupakan contoh dari sebuah pengabdian seorang nabi yakni Ibrahim a.s dalam menegakan syariat Islam, walaupun penghinaan dan pembakaran diri dengan api, perjuanggannya berpindah-pindah dari Mesir dan Kanaan hingga tibanya beliau di Jazirah Arabia, beliau tidak pernah mengeluh dan putus asa akan tugasnya sebagai Khalifah dibumi (Khalifatu Al-ardh). Ibrahim merupakan sosok seorang tauladan yang memiliki abdi tinggi terhadap tuhannya membela agama Islam sebagai ajaran yang benar dan kemudian menjadi Rukun Islam. Maka, dalam Islam melaksanakan Haji hukumnya wajib bagi Orang yang mampu(al-Istithaa-'ah) seperti yang dikatakan Allah Swt dalam Al-Qur’an Ali Imran ayat 97 :
97. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Ketika menjalankan Haji berarti mengikuti tradisi Nabi Ibrahim a.s, menurut Dr. Alamsyah Al-Banjari Haji sama sekali tidak akan memiliki nilai dan ibadah apabila dilaksanakan hanya untuk menyempurnakan ritual agama tahunan bagi ummat Islam dan tidak dimaknai sebagai simbol ketauladanan Nabi Ibrahim a.s . Tauladan disini adalah sisi terpenting dalam meneruskan tradisi Islam, melanjutkan perjuangan para panji-panji Islam yang telah mengibarkan bendera Islam diseluruh belahan dunia. Seperti halnya Rasulullah SAW memberi pengajaran kepada ummat manusia untuk menjalankan haji dengan niat yang tulus untuk mengaharapkana Ridho Allah Swt semata.
Pada masa Rasulullah Saw ibadah haji yang beliau lakukan hanya sekali, yaitu haji wada ketika menjelang kematiannya, ajal menjemput dan tiqdir nabi ditentukan sang kuasa. Haji wada merupakan haji pertama dan terakhir Nabi Muhammad Saw, ketika itu Rasulullah SAW memberikan kebebasan dalam memilih ibadah haji yang ia laksanakan, sebagaimana dalam Hadith dikatakan:
Aisyah RA berkata : Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun hujjatul wada. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji dan umroh dan ada pula yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umroh bertahallul ketika telah berada di Baitullah . sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umroh. Maka ia tidak melakukan tahalullul sampai dengan selesai dari nahar (HR. Ahmad, al-Bukhari, Muslim dan Malik dari 'Aisyah RA)
Berawal dari peristiwa haji yang dilakukan rasulullah, telah sangat nampak tauladan dan tradisi haji yang diajarkan Rasulullah kepada ummmatnya. Hingga saat ini ajaran dan tauladan yang diberikan nabi masih senantiasa dijalankan dan dikembangkan sebagaimana mestinya, menuju kesempurnaan dan tidak keluar dari apa yang ada di Al-Qur’an dan Sunnah.inilah bentuk perjuangan meneruskan tradisi Islam agar tetap berjalan dan berkembang menuju kebaikan dan ridho Allah SWT
Wukuf dan Kurban
Dalam ibadah haji, terdapat dua bagian yang dianggap merupakan inti dari makna ibadah haji yaitu ibadah wukuf(Arafah) dan kurban (Al-Udhiyah), menurut Abdul Munir Mulkan Ibadah haji adalah napak tilas perjalanan hidup Nabi Ibrahim sebagai bentuk pengabdiannya kepada sang pencipta. Hal ini tercermin dari perjuangannya meyakinkan kaum penyembah berhala untuk tidak sekali-kali menyembah berhala dan Nabi Ibrahim tetap berjuang untuk meyakinkan bahwa tuhan yang maha esa itu ada, yang mengawasi, memberi dan mengasihi ummatnya. Disisi kedua ibadah kurban kesediannya mengorbankan anak kandunggnya yang paling dia sayangi yaitu Ismail. Keberanian, kerelaan dan kesetiaan Ibrahim untuk menjalankan perintah tuhannya dapat dijadikan sebagai sebuah tradisi yang mempunyai makna keberanian melumpuhkan kepentingan diri sendiri, meninggalkan egoisme diri dan tafakkur, tawakuf, berserah diri kepada Allah SAW. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an :
39. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.
Dengan berjalannya waktu dan berubanya zaman, tradisi dan kebudayan Islam khusunya dalam ibadah haji yang merupakan ibadah ritual tahunan ummat Islam, diharapkan tetap konsisten dan eksistens dalam melaksanakan haji menjalankan rukun Islam yang kelima dan mengikuti tradisi perjuangan para Nabi dan Rasul para pendahulu. Dan diharapkan tradisi haji yang dibawa oleh Nabi-nabi Islam dapat dipahami, diamalkan berikut juga pesan moral dan sosial kemanusian didalamnya dapat terealisasikan. Dengan hati yang bersih jiwa yang ikhlas dan tauladan yang baik dapat meuju ibadah haji yang sempurna sesuai dengan tauladan Rasulullah SAW dan Ridho Allah SWT.
0 comments:
Posting Komentar