“Selamat hari ibu, selamat bagi para perempuan pembela bangsa, pionir hati bagi umat, pencetak pemimpin ulung yang beradab dan berilmu”
Berawal dari pesan singkat yang masuk bertubi-tubi ke memory handphonku yang dipenuhi dengan puluhan pesan berbunyi selamat hari ibu, l love you moom, I love you forever dan lain sebagainya. Sepontan saja yang tadi tidak tahu menahu akan keistimewaan hari ibu atau apalah persepsi para anak tehadap datangnya hari ibu ini, membuat saya bingung membaca pesan-pesan tersebut. Sehingga, kesan saya, hari itu adalah hari bagi para ibu-ibu(mother’s day) suatu hari dimana peran dan gerakan perempuan bangkit untuk dapat berkiprah memajukan bangsa dengan mendidik dan membina para pemuda pemudi Indonesia. Hanya itu saja yang saya pahami ketika mendapatkan banyak suguhan dan selamatan atas datangnya hari ibu. Sekilas menarik untuk diperingati dan direnungkan betapa besar jasa-jasa perempuan dalam pergerakan bangsa.
Perempuan disini indentik dengan seorang sosok ibu, karena ibu yang melahirkan, menyusui, medidik, menjaga dan ibu yang berperan aktif dalam keseharian para pemuda pemudi bangsa. Pengorbanan serorang pionir ummat dalam membentuk karakter umat , menciptakan pemimpin bangsa yang berbudi luhur, dengan asuhan seorang sosok ibu yang tak mengenal lelah ataupun putus asa dalam membimbing anaknya. Seorang ibu adalah tumpuan masa depan umat, masa depan generasi baru bagi berlangsungnya pilar kehidupan yang damai, tentram dan berkeadilan.
Tanggal 22 Desember sangatlah tepat sebagai momentum hari besar kaum perempuan, dimana, pada saat ini bertepatan dengan keadaan Indonesa yang sangat haus akan sentuhan kasih sayang seorang ibu. Peran perempuan dinafikan, perempuan diadili dengan ketidakberdayaannya berada dalam keadaan labil terhadap eksistensi seorang wanita.
Wacana masyarakat saat ini terbentuk atas dasar paradigma rasional, memandang perempuan hanya berdasar sebatas mana manusia berfikir, bahkan menjadikan perempuan objek labil dalam kehidupan. Labil berarti perempuan tidak mempunyai masa depan terhadap apa yang dia lakukan apa yang dia lakoni saat ini hingga nanti.
Eksistensi perempuan dimata public semakin diasapi dengan pembatasan hak-hak serta peran perempuan disegala lini kegiatan, dari sinilah perempuan menjadi lemah dimata dunia, perempuan hanya sekedar selaput pembungkus bagi laki-laki dimata public. Padahal selaput pembungkus itu terlahir dari seorang perempuan dan hasil perjuangan seorang perempuan.
Kisahpun berganti dengan meluapnya peran perempuan yang masuk disegala lini kegiatan, pembuktian terhadap eksistensi yang rapuh kepada peran perempuan dimata dunia. Ekspresi dan gerakan-gerakan yang dimotori oleh perempuan bermunculan bahkan mengalahkan eksistensi subjek pada umumnya.
Lahirnya hari perempuan dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib bagi kaum perempuan. Berbagai isu yang saat ini bermunculan adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan jender, sehingga para pejuang perempuan melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa
Tokoh tokoh pionir wanita mulai merembak dalam lingkungan public, baik social budaya dan politik. Sepak terjang mereka tidak terelakan dengan kiprah yang berkembang menuju sebuah kinerja yang multi dan bermanfaat bagi semua lapisan.
Keadaan pun semerbak berubah dengan etos kinerja yang ditunjukan kaum perempuan, perempuan mulai dihargai, perempuan mulai diberi posisi yang terhormat dimata public bahkan perempuan dapat menjadi sosok pemimpin pada saat sekarang ini.
Tidak hanya sebatas itu saja, deklarasi yang dikumandangkan pada kongres perempuan pertama di Yogyakarta 1928 menunjukan bahwa begitu besar peran perempuan dalam mendidik generasi-generasi penerus bangsa, mulai dari melahirkan, mendidik dan menjaga agar kelak dapat menjadi khalifah fi al-ardl. Perempuan tidak hanya menjadi ibu bagi generasi bangsa tetapi dapat menjadi ibu bagi Negara.
Maka dengan diperingatinya hari besar dan istimewa bagi seorang perempuan yang mana disini dilebelkan dengan seorang sosok ibu, perlu adanya perubahan paradigma social dalam rangka meningkatkan mutu kualitas, ahlak dan tanggung jawab anak didik untuk menjawab tantangan zaman, tidak hanya bagi laki-laki begitu juga bagi perempuan. Peran, perjuangan dan pergerakan perempuan perlu kita hargai dalam wujud pengabdian kepadanya, rasa terima kasih dan kasih sayang. Dengan momentum hari bahagia ini marilah kita kembalikan solidaritas perempuan dimata public dan menguatkan peran perempuan sebagai ibu bagi diri kita masing-masing dan juga ibu bagi Negara.
0 comments:
Posting Komentar